Rabu, 03 Oktober 2012

Beberapa waktu lalu, dalam kategori Tips dan Strategi Menulis, saya memposting tentang "Membuat Kemajuan Yang Lebih Cepat Dengan Tulisan Kamu". Pada point keempat, jika tidak mudah bagi kamu untuk bertatap muka dengan penulis lain, saya sarankan, kamu dapat menemukan ratusan komunitas menulis yang berbeda secara online, yang salah-satunya kamu perlu mencoba bergabung di PNBB-Proyek Nulis Buku Bareng. Saya tidak sedang berolok-olok tentang itu. Banyak manfaat yang saya dapat setelah bergabung dengan komunitas/ grup tersebut. Berikut adalah kisah yang saya alami sebelum dan sesudah bergabung dengan komunitas PNBB.

~~~

“Yang penting bukan dari tulisannya yang bagus, “kata temanku.” Yang penting adalah ada kemauan menulis dari dirimu sendiri. Kalau kau mengkhawatirkan tulisanmu, apakah bagus atau buruk, rasa takut akan mulai menggerogoti jiwamu. Ambisi menulis. Bukan rasa takut. Jadi jangan mundur. Ini sebuah kesempatan agar tulisanmu dapat dibaca oleh orang lain.”

Dukungan kata-kata yang keluar dari mulut temanku itulah yang mendorong saya menemukan keberanian untuk melangkah maju bergabung dengan grup PNBB ini. Setelah saya bergabung, PNBB membuat saya aman secara emosional dan kecerdasan saya pun terangsang, karena saya dapat belajar dari tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh anggota lainnya. Saya membaca dan memerhatikan tulisan mereka. Dari situ saya pun dengan sendirinya dapat membuat pola pembelajaran menulis yang akan saya jalani.

Dengan bergabung di PNBB juga, secara perlahan-lahan namun pasti, membuat saya menjadi pembelajar yang efektif. Disini saya menemukan hal-hal yang baru dan memperluas wawasan saya. Kenyataanya, saya dan anggota yang lainnya seperti memiliki zona kenyamanan dalam belajar. Saya perhatikan juga tulisan-tulisan yang dibuat oleh para anggotanya dari hari ke hari semakin baik. Jadi tidak salah apabila saya berkata, “PNBB sama dengan membangkitkan kemampuan menulis”.

Lalu, ada satu hal yang tidak bisa saya terima setelah bergabung dengan grup ini. “Kenapa saya jadi menyukai PUISI?” Hehe... Ini benar-benar sulit dipercaya. Bertahun-tahun saya beranggapan puisi adalah karya sastra yang sama sekali tidak saya minati. Apalagi waktu duduk dibangku sekolah dulu. Saya benar-benar seperti dipaksa oleh guru Bahasa Indonesia saya untuk melakukan gerakan-gerakan aneh, membacanya, dan mengeluarkan suara yang terkesan dibuat-buat. Apalagi disuruh mendengarkan teman sendiri yang membacanya. Itu membuat saya muak. Saya duduk dengan gelisah, tidak bisa diam, sehingga saya pernah menimbulkan masalah ketika duduk mendengarkan di tengah ruang kelas. Kelanjutannya, saya pun ditanya oleh guru Bahasa Indonesia saya, “apakah kamu ingin mendapatkan nilai buruk dalam pelajaran saya?” Saya hampir meloncat kaget. Saya suka karya sastra, tapi saya benci puisi. Puisi adalah sesuatu yang tidak saya inginkan. Tapi sekarang malah kebalikannya. Jadi... ini benar-benar sulit dipercaya :-D

Puisi karya Hengki Kumayandi yang membuat saya mulai menyukai puisi. Ini dia puisinya:
Entaaah...
Entah...
Entaah... Entaaaah..
Aku hanya mampu menjadi penonton.
Menyaksikan dua cermin yang memproyeksikan dua adegan.
Apa yang terjadi pada negeriku?
Kenapa dinegeri orang ini mereka tenang diam dan tak seramai ilalang2.
Ah, aku tak mau memikirkannya, aku hanya penonton.
Penonton yang banyak menyaksikan kabar huru hara bangsa yang menggila ditanah airku.
Disini, ditanah kerajaan melayu ini aku menemukan keheningan, semua diam.
Televisi ikut diam, radio ikut diam, semua diam.
Tak ada kabar huru hara itu, seakan damai dan makmur.

Tapi sekali lagi entah...
Entahlah...
Diam karena sengaja ditutupi atau diam memang diam karena ketenangan?
Tapi bangsaku. E...n...t...a...h...

Saya menikmati puisi itu. Begitu terasa dihati. Apalagi setelah saya membaca puisi karya Mbak Indah Andriani Bimandria. Saya telah membaca keseluruhan puisinya, dan saya menilai puisinya terasa begitu kuat. Saya tidak bisa melawan untuk tidak membacanya. Padahal saya sudah melawannya agar tidak meneruskan membaca. Tetapi puisi Mbak Indah bisa memantulkannya. Saya pun seperti perahu kecil yang ditelan oleh ombak laut. Saya begitu menikmati puisi itu. Dari kata-katanya, Mbak Indah sungguh-sungguh mencintai puisi. Saya pun sebagai pembaca dengan senang hati menghanyutkan diri kedalamnya.   

PNBB juga memberikan kepada saya kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan. Segala pemikiran yang baru dan berguna dari semua anggotanya diberikan dalam bentuk tulisan yang indah, sehingga dapat saya baca secara cuma-cuma. Hehe...

0 komentar:

Posting Komentar